Bismillah. Saudaraku, teman memiliki pengaruh yang sangat besar sekali terhadap dunia dan akhirot kita. Untuk itu, kita harus cermat, teliti dan hati-hati didalam memilih teman.  
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
Dan (ingatlah) hari ketika itu orang  yang zhalim menggigit dua  tangannya, seraya berkata, “Aduhai, kiranya  dulu aku mengambil jalan  bersama-sama Rasul! Kecelakaan besarlah  bagiku, andai kiranya dulu aku  tidak menjadikan si Fulan itu teman  akrabku. Sungguh ia telah  menyesatkanku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an  itu datang kepadaku. Dan  adalah setan itu tidak mau menolong manusia.”  (Al-Furqan: 27-29)
Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
« مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ  وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ  الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ  الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ  يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ،  وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ  مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ  إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ  ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً »
“Permisalan teman yang baik dan  teman duduk yang jelek seperti  penjual minyak wangi dan pandai besi.  (Duduk dengan) penjual minyak  wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak  wanginya, bisa jadi engkau  membeli darinya, dan bisa jadi engkau akan  dapati darinya aroma yang  wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi,  bisa jadi ia akan membakar  pakaianmu, dan bisa jadi engkau dapati  darinya bau yang tak sedap.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Berikut ini adalah bimbingan memilih teman dalam menuntut ilmu. Semoga bermanfaat untuk kita semua, amin. 
MEMILIH TEMAN DALAM MENUNTUT ILMU
Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk tidak  bergaul kecuali dengan orang yang bisa memberinya faidah (ilmu) atau dia  bisa mengambil faidah (ilmu) darinya. Sebagaimana yang diriwayatkan  dari Nabi n: “Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan binasa.” (HR. Ibnu Abdilbar dalam Kitabul ‘Ilmi)
Bila dia hendak masuk dalam pertemanan atau diajak  berteman dengan seseorang yang menyia-nyiakan umurnya, tidak bisa  memberinya faidah (ilmu), tidak pula bisa mengambil ilmu darinya, tidak  bisa menolongnya untuk urusan yang sedang ditempuhnya (yakni ilmu), maka  hendaknya dia dengan lemah lembut memotong jalan pertemanan tersebut  dari awal, sebelum hubungan itu menjadi mantap. Karena bisa sesuatu  telah mantap, akan sulit menghilangkannya. Dan di antara ucapan yang  beredar di kalangan fuqaha: “Mencegah lebih mudah daripada  menghilangkan.”
Bila dia membutuhkan teman, hendaknya dia memilih  orang yang shalih, beragama, bertakwa, wara’, cerdas, banyak kebaikannya  lagi sedikit keburukannya, baik dalam bergaul dan tidak banyak  berdebat. Bila dia lupa, teman tersebut bisa mengingatkannya. Bila dia  mencoba mengingat, teman ini bisa menolongnya. Bila dia sedang  membutuhkan, temannya ini bisa membantu. Bila dia sedang bosan, temannya  ini bisa menyabarkan dirinya.
(Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim, karya Ibnu Jamaah Al-Kinanit, cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, hal. 83-84)
Sumber Artikel : www.asysyariah.com 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar